Sejak bertugas menangani persib, sisi kanan selalu memegang peranan penting dalam skema permainan Djanur. Pemain-pemain di sisi itu pun selalu bisa menjawab kepercayaan Djanur. Sedikit banyak hal itu karena duet Supardi – Haji Ridwan sudah bermain bersama selama bertahun-tahun. Keduanya sudah sangat klop dalam pergerakan dan penempatan posisi, baik saat bertahan maupun menyerang.
Kini Haji Ridwan sudah mulai menurun performanya. Memang masih selalu menunjukkan permainan joss tiap kali tampil, tapi menit bermainnya taun ini sudah jauh dari ideal untuk bisa mempertahankan performanya tetap di level tertinggi. Lagipula Zulham tampak semakin nyaman dalam mengkudeta posisi Pak Haji.
Dulu, tanpa Pak Haji di depannya Bang Pardi sering bermain di bawah performa. Seperti kehilangan arah. Kombinasi Supardi dengan Tantan/Atep suka tidak berjalan mulus. Pergerakannya tidak sinkron. Hamdalah, di piala presiden kemaren Bang Pardi bisa adaptasi dengan cepat bermain bersama Zulham Zamrun.
Pertanyaan penting nya adalah, bagaimana masa depan Bang Pardi (sisi kanan persib) nanti? Sebuah tantangan bagi Djanur, Bang Pardi, dan Dias Angga.
Persaingan di posisi bek kanan luar kini semakin ketat. Bang Pardi memang masih bisa survive menunjukkan kapasitas yang dia miliki pasca cedera nya Haji Ridwan. Tapi di saat yang sama Dias Angga juga selalu bisa menunjukkan permainan yang jadi bahan pertimbangan Djanur setiap diberi kesempatan bermain.
Satu play Dias dengan Zulham di gol ketiga Persib saat melawan Majalaya All Stars cukup ciamik. Saat Zulham menggiring bola operan Konate, Dias masih ada di area nya sendiri. Ketika Zulham mulai mendelay permainan agar kawan-kawannya bergerak mencari ruanh, Dias mulai sprint dari garis tengah membuka ruang memberi opsi lebar lapangan di sisi kanan. Pergerakan Dias diikuti oleh seorang pemain yang awalnya berdiri diantara gawang dan Spaso. Operan cut back Dias dihajar Spaso tanla ragu. Bola ngabelesat bebes kana gawang. Gol aduhai.
Ada beberapa catatan dari play tersebut. Pertama adalah kemampuan Dias untuk melakukan sprint dari garis tengah ke ujung lapangan dengan cepat. Kecepatan berlari adalah atribut penting bagi seorang fullback. Kedua, kombinasi Zulham dan Dias yang sudah mulai sinkron. Tanpa perlu ada teriakan atau kontak mata, Dias tahu Zulham butuh opsi lain karena jalur dribble dan operan ke tengah lapang sudah penuh lawan. Jika yang bermain adalah Haji Ridwan dan Bang Pardi rasanya Bang Pardi tidak akan perlu sprint sejauh Dias. Jarak kedua pemaen ini tidak pernah terlalu jauh. Namun, sinkronisasi Zulham – Dias ini akan semakin kuat seiring jumlah menit bermain bersama diantara keduanya.
Putra Daerah
Dias Angga adalah alumni Persib U-21 yang jadi juara Liga U-21 musim 2009/2010. Belajar mengbal di PS Setia, Dias berhasil menembus seleksi maung ngora yang dilatih oleh Sir Indra Thohir yang legendaris. Semusim setelah juara, Dias langsung dipromosikan ke skuad senior bersama Munadi, M. Agung, dan Rendi Saputra. Di akhir musim hanya M. Agung yang bertahan di Persib. Dias memutuskan mencari ilmu ke Persisam Samarinda.
Dias menunjukkan perkembangan menjadi bek kanan karena mulai mendapat banyak kesempatan selama 2 musim di Persisam. Memainkan 46 pertandingan liga dengan total menit bermain mencapai 3200 menit. Permainan Dias cukup bersih karena hanya mendapatkan 6 kartu kuning selama bermain untuk Persisam. Potensinya terendus oleh Dejan Antonic sehingga membawa dia kembali ke Bandung, bermain untuk Pelita yang sedang transit di Bandung.
Bersama Dejan kemampuan taktikal Dias lebih berkembang. Terutama kemampuan dalam pengambilan posisi di lapangan. Mengenyam 26 pertandingan dan mendapat 6 kartu kuning. Melihat tren nya sejak dari Persisam, Dias juga terlihat sudah lebih wani gelut. Untuk pengembangan atribut seorang bek kanan, Dias perlu berterimakasih kepada PBR.
Kini, setelah menjalani tradisi pemaen yang kudu diajar ka luar nagreg dulu, Dias dipanggil pulang oleh Djanur. Di pertandingan resmi pertama Persib tahun 2015, Dias langsung menjadi pemain inti di posisi bek kiri luar, membuat Toncip harus puas menonton dari bangku cadangan. Terlepas entah keputusan Djanur atau Emral, potensi Dias untuk menjadi bagian dari kuartet bek inti sudah dimulai. Sayangnya, di pertandingan melawan Hanoi T&T itu juga Dias menunjukkan bahwa dirinya masih belum siap.
Sebenarnya niat awal Djanur untuk masa depan Persib adalah Dias di kiri dan Jasuk di kanan. Namun, pada sebuah ujicoba terlihat bahwa Jasuk bener-bener teu bisa maen di sisi kanan, karena itu Dias lah yang digeser ke sisi kanan. Ketika Supardi absen di dua pertandingan QNBL, Dias berhasil menunjukkan kemampuannya dan membantu Persib meraih 2 kali cleansheet.
Selama piala presiden 2 kali juga Dias bermain sebagai starter, meraih 1 kali cleansheet saat melawan Martapura. Di markas PBFC Dias kembali bermain menjadi starter, hupir menghadapi serbuan Boaz dan Terrens. Persib kebobolan 3 gol, dengan 2 diantaranya berasal dari sisi kanan pertahanan Persib. Diaz 2 kali gagal membendung Boaz.
Dias memiliki potensi untuk menjadi pilihan utama bek kanan Persib. Kemampuan taktik Dias terasah karena pernah bermain di berbagai sisi lapangan. Selama masih di Persib junior bermain sebagai gelandang di tengah, kemudian ditempa sebagai bek kiri di Persisam dan PBR. Perpindahan posisi terakhir ini lebih karena Wildansyah mulai menunjukkan permainan oke di bek kanan. Sekarang bek kanan yang sering Dias jalani.
Masih banyak kekurangan, tapi setiap bermain sudah cukup oke. Sebagai putra sunda, didikan persib junior, besar harapan agar Dias bisa menembus tim inti dan meneruskan performa bagus Supardi selama ini. Satu yang harus diwaspadai adalah rasa cepat puas. Karena Dias masih belum sampai pada level permainan fullback top Indonesia. Konsistensi dalam menjaga kinerja adalah hal yang wajib dipenuhi pertama kali.
Sampai jumpa lagi.
Follow kami di twitter @stdsiliwangi.
P.S. Spesial nuhun buat eka begz atas masukannya mengenai Dias Angga.
P.P.S Spesial nuhun berikutnya untuk coach Riphan yang telah memberi cerita tambahan mengenai posisi Dias.