Sepanjang kariernya berseragam Persib, ia sudah mengantarkan klub kebanggaan kota Bandung ini lolos ke babak final sebanyak 6 kali, 5 di antaranya di ajang Perserikatan dan yang satunya adalah final Liga Indonesia pertama. Dari 6 final yang dilewatinya, 4 gelar berhasil ia persembahkan termasuk gelar Liga Indonesia edisi pertama. Dan dia adalah Robby Darwis.
Cerita manis Robby bermula ketika seorang Polandia bernama Marek Janota bluskan mencari talenta talenta asal Jawa Barat, ketika Janota tengah asik menyaksikan sebuah pertandingan yang digelar di kawasan Lembang, ada seorang bocah berusia 17 tahun yang berhasil membuat Janota tertarik untuk mengajaknya bergabung bersama Persib Bandung, hingga akhirnya Robby mau menerima ajakan Marek. Dua tahun pertamanya memperkuat Persib junior dan senior, baru di tahun ketiganya berbaju Persib Robby berhasil mengantarkan Persib lolos ke final Perserikatan walau gagal membawa Persib juara, pencapaiannya tentu patut diapresiasi mengingat usianya baru 19 tahun. Ketika itu di lini pertahanan Robby berduet bersama Giantoro. Harus menghadapi gaya permainan keras rap rap ala medan Robby harus berjibaku dengan pemain-pemain PSMS, namun begitu Robby berhasil menjaga lini pertahanan dari kebobolan. Meski akhirnya harus kalah lewat adu penalti.
Tak butuh waktu lama bagi Robby untuk merasakan atmosfir final, pasalnya semusim kemudian Persib berhasil lolos ke babak final, lagi lagi Persib harus berhadapan dengan permainan keras ala Medan, kali ini Robby mulai berduet bersama Adeng Hudaya yang sebelumnya berposisi gelandang bertahan ditarik mundur ke belakang oleh Nandar Iskandar mengisi posisi yang ditingalkan oleh Giantoro, seakan terulang lagi pertandingan pun harus berlanjut ke babak adu penalti, kali ini Robby turut ambil bagian menjadi penendang, di usianya yang masih hijau Robby gagal menyepak bola ke gawang, bola sepakannya behasil dimentahkan oleh Ponirin Meka, akhirnya Persib harus kalah lagi dari PSMS.
Meski gagal menjadi eksekutor tendangan penalti tidak membuat mental bertanding Robby runtuh begitu saja, malah di musim 1986 penampilannnya bersama Adeng Hudaya di lini pertahanan semakin stabil, Persib pun berhasil dibawnya lolos ke final Perserikatan, kali ini giliran Perseman yang menantang di laga final, di pertandingan itu Robby berhasil menjalankan tugasnya dengan baik walau sesekali bisa ditembus oleh Mathias Woof tapi masih bisa di-backup oleh Adeng yang bermain lugas di pertandingan tersebut, akhirnya gol kemenangan yang ditunggu-tunggu datang juga berawal dari usaha Woof untuk melewati Robby yang gagal dan berhasil diserobot oleh Adeng yang langsung memeberikan umpan terobosan kepada Djanur, tanpa pikir panjang Djanur berlalali melewati hadangan pemain Perseman dan menceploskan bola dan gol. 1 gol yang dicetak oleh Djajang bertahan hingga peluit akhir dibunyikan, ini menjadikan gelar pertama Robby sebagai pemain senior setelah 2 kali gagal di laga final sebelumnya.
Berkat penampilan ciamiknya bersama Persib iapun akhirnya menerima undangan untuk memperkuat Timnas, cerahnya permainan Robby berlanjut hingga level timnas, ketika berseragam Garuda ia berhasil mengantarkan Timnas meraih medali emas di ajang SEA Games sebanyak dua kali.
Bukan hanya timnas yang kepincut dengan permainan Robby ,tim asal negeri jiran ikut ikutan ingin pake jasa Robby, Kelantan FA tertarik untuk memboyong pria asal Lembang tersebut, Robby pun akhirnya menerima pinangan tersebut, berbanding terbalik dengan kariernya ketika masih mebela Persib, di klub barunya tersebut Robby hanya sempat bermain satu kali saja, karena ia mendapat hukuman larangan bermain tiga bulan oleh federasi Malaysia karena dituduh melakukan pemukulan ketika Kelantan berhadapan dengan Singapura dalam laga persahabatan. “Waktu di Kelantan FA saya cuma main sekali karena saya mendapat kartu merah ketika lawan Singapura”
Setelah gagal dalam perantauannya ia pun kembali ke klub asalnya Persib Bandung, di rumahnya ini ia kembali tampil gemilang tercatat 3 gelar persembahkan (1990,1994,1995)
dalam kurun 9 tahun Robby Darwis sudah mengumpulkan 4 trofi untuk Persib Bandung, capaian yang luar biasa bagi seroang Robby.
Yang juga menarik dari Robby Darwis ini adalah meskipun berposisi sebagai stopper catatan golnya bisa dibilang banyak, sepanjang membela Persib ia sudah mencatatkan 46 gol di semua ajang kompetisi (dari data yang tim stadionsiliwangi.com kumpulkan), ditunjang dengan mental bertanding yang baik ia kerap memberanikan diri untuk mengambil tendangan-tendangan bola mati.
Berperawakan jangkung badag membuatnya selalau menjadi pilihan utama pelatih, siapapun pelatihnya ia akan selalau menjadi pilhan utamanya, sebelum memasuki kepemimpianan Bah Thohir ia kerap bermain dengan pola 4-3-3 dimentori oleh bek terbaik persib sepanjang masa Adeng Huday membuatnya banyak belajar dari sang senior, dari mulai Nandar Iskandar hingga Ade Dana, Robby selalu diduetkan bersama Adeng, posisi Robby lebih sedikit berada di depan Adeng yang bertugas sebagai libero sedangkan Robby bertugas sebagai stoper, delapan tahun di bawah bimbingan Adeng membuat skill dan kematangan Robby menjadi berkembang pesat hingga akhirnya pada tahun 1991/1992 Adeng memetuskan pensiun dan menyerahkan lini pertahanan Persib kepada Robby apalagi setelah kedatangan Abah Thohir ke Persib, skema dasar Persib ikut berubah menjadi 3-5-2, Robby yang sebelumnya ditugasi sebagai stoper, di eranya Bah Thohir diplot sebagai libero menggantikan posisi mentornya sendiri Adeng Hudaya yang pensiun dibantu oleh dua libero lainnya Yadi Mulyadi dan Mulyana, di zaman-zaman transisi tersebut dalam 2 dua tahun pertamnaya Robby mempersembahkan dua gelar sekaligus, hingga akhirnya di penghujung kariernya ia sempat keluar dari Persib dan bergabung dengan klub Dalem Bandung, Persikab. Pencapaian yang dilalaui oleh Robby ini mungkin hanya baru bisa didekati oleh bek asing asal Montenegro, Vladimir Vujovic. Vlado juga terbilang rajin mencetak gol total Vlado sudah mencetak 33 gol untuk persib ditambah tiga gelar juga sudah ia persembahkan. Dari segi karatkter, raihan gol dan raihan gelar, baru Vlado yang paling mendekati capaian Robby Darwis ini.
Kinclong sebagai pemain tidak menjadi garansi bahwa Robby akan menjadi pelatih hebat, setelah pensiun sebagai pemain, beliau pernah dipercaya Persib sebagai caretaker Persib, di musim 2009 menjadi debutnya sebagai pelatih kepala usai naik pangkat sebagai pelatih dari jabatnnya sebelumnya sebagai asisten, menggantikan Jaya Hartono yang mundur, ketika itu Robby dipercaya menangani persib di 14 pertandingan, 7 di piala liga dan sebagiannya lagi di liga super, dalam 7 pertandingan liga, Robby hanya meraih 3 kemenangan, 1 kali seri dan 3 kali menderita kekalahan sedangkan di piala liga, Persib di bawah asuhan Robby berhasil mencatatakan 4 kemenangan, 2 kali seri dan 1 kekelahan,
Kesempatan kedua sebagai caretaker kembali datang setelah Uwak memutuskan untuk memecat pelatih asal Kroasia, Drago Mamic, Robby yang ketika itu bertugas sebagai asisten kembali naik sebagi pelatih. Di musim 2012 itu Robby lebih banyak memainkan pertandingan, total ada 17 pertandingan, hasilnya pun tidak terlalu bagus, Robby gagal mengangkat prestasi Persib, Persib harus kalah sebanyak 7 kali, menang 7 kali dan seri sebanyak 3 kali.
Berkat rentetan buruknya sebagai pelatih, Robby kerap mendapat kritikan kritikan pedas dari para mantan pemain Persib, bahkan Ajat Sudrajat sempat bilang
“Sudah empat musim bersama Persib tidak ada hasilnya, kalau saya pribadi sebagai Roby, akan mundur, tahu diri lah” (detik.com)
Menurutnya sebagai asisten seharusnya Robby berperan lebih aktif lagi, dan seharusnya beberapa program pelatih kepala dijalankan oleh Robby
“Harusnya program pelatih kepala dia yang jalankan, selama ini kan tidak saya tahu persis Robby” (detik)
Namun terlepas dari gagalnya Robby sebagai pelatih, ia sudah mencatatkan tinta manis selama bermain bersama Persib dan tentunya perlu mendapat apresiasi, sampai saat ini belum ada bek lokal yang mampu menyamai rekor Robby selama berseragam Persib Bandung dan Robby cukup menjadi legenda tanpa harus menjadi pelatih. Wilujeng tepang taun, Mang Robby.
Salam, @Xuk