Hariwang

hariwang memePernah ketika dolsimod ogut mikir bahwa Djanur sebenarnya sudah menujukkan progress dalam hal kemampuan taktiknya. Dibandingkan Persib di musim 2013 dan saat juara musim 2014, Persib kini banyak mengikuti apa yang Djanur inginkan. Di dua musim pertama Djanur banyak bergantung kepada kemampuan pemainnya, fondasi ide taktik Djanur adalah memberi kebebasan kepada pemain untuk menilai situasi di atas lapangan untuk kemudian mengambil keputusan apa yang akan dilakukan berikutnya. Karena itu sosok pemain senior sangat penting dalam permainan Persib.

Musim pertama Djanur menangani Persib, ide untuk memberi tanggung jawab kepada pemain menilai situasi dan mengambil keputusan gagal total karena pemain-pemain andalan Djanur, atau lebih tepat pemain andalan Wak Haji, sering mengkhianati Djanur dengan bermain butut. Kuartet bek andalan (pardi-Abanda-Maman/Naser-Toncip) lebih sering kebobolan dibanding mengamankan gawang. Gol-gol yang diderita seringkali gol yang mengubah hasil akhir pertandingan. Kreator serangan, Mbida Messi, selain karena sering diposisikan di tempat yang salah, juga tidak banyak membantu dalam menyusun serangan. Firman Utina juga belum nyetel dengan keinginan Djanur, padahal Firman lah kunci dari taktik Djanur jika bergantung pada penilaian pemain di lapangan. Tahun itu hanya diselamatkan oleh Sergio Van Dijk yang dengan konsisten mencetak gol penting bagi Persib.

Musim lalu, dengan semakin kompaknya pemain, dan tambahan pemain yang dibutuhkan sesuai dengan keinginan Djanur, taktik Djanur mulai memperlihatkan progress. Keinginan untuk menyusun serangan dari bawah bisa dijalankan dengan baik oleh Vlado. Pun pengambilan keputusan pemain juga mengalami progress baik dalam sosok Vlado, Bang utina dan Makan Konate. Kuartet bek andalan memberi hasil dengan meningkatkan aspek keamanan. Statistik kebobolan, clean sheet dan kemenangan meningkat.

Pertandingan melawan Arema di semi final adalah pertunjukan yang paling pas dalam memahami apa yang diinginkan oleh Djanur. Pemain-pemain andalan Djanur bisa menjalankan fungsinya, hadir disaat dibutuhkan, plus mengambil sendiri keputusan apa yang mesti dilakukan. Lihat saat Vlado agresif maju terus demi mengejar gol penyeimbang. Lihat juga bang Utina lebih memilih melakukan umpan terobosan kepada Ferdi dibanding menyusun serangan lewat Konate. Dan tentu saja Atep yang masuk dari bangku cadangan kemudian bermain baik adalah salah satu yang sengaja dilakukan Djanur.

Musim ini Djanur mencoba meningkatkan lagi hal itu dengan sering merotasi pemainnya. Djanur ingin pemain-pemain yang memahami taktiknya ada lebih banyak, bukan cuma orang yang itu-itu doang. Mang Djajang juga sering kali tertangkap kamera sedang memberi arahan kepada anak buahnya. Hal yang jarang terlihat di musim lalu. Djanur sepertinya sedang mengasah aspek lain dari taktiknya. Bagaimana Persib berkembang dalam pertandingan yang sedang berjalan tanpa mengubah formasi dan pemain. Micro tactic ala Drago Mamic. Hanya saja Djanur lebih menekankan pada fungsi dan tugas khusus pemain-pemain nya.

Dado dan Taufiq menjadi pilihan di awal musim, tapi kemudian Mas Har bisa membuktikan kepantasan dirinya menjadi starter setiap kali dimainkan. Bang Utina juga semakin paham apa yang diinginkan penyerang-penyerang Persib. Lini tengah bisa dibilang Aman. Mas Har kini semakin berkembang sebagai gelandang all around. Berani mencoba merebut bola di area lawan, juga berani membawa bola sendiri untuk didistribusikan lebih jauh. Taufiq dan Dado menjadi geladang pengatur dari kedalaman, tapi bisa juga di tengah pertandingan Taufiq atau Dado menjadi lebih agresif naek merangsek hingga ke kotak penalti lawan. Contohnya di gol taufiq saat menang lawan pelita.

Di lini sayap, Atep bisa membuktikan mampu bermain baik walau harus jadi starter, top skor kita di AFC Cup! 7 kali starter, 3 gol ditambah 1 gol dari 2 kali starter di Liga Indonesia. Well, di piala presiden penyakit lama Lord Atep kumat, sering tidak terasa kehadirannya. Masuknya Zulham adalah upgrade kelas super untuk taktik Djanur. Pemain sayap produktif adalah senjata utama Djanur yang sangat suka memakai penyerang tengah bertipikal jangkung badag sebagai poros. Idealnya, Zulham di kiri dan Haji Ridwan di kanan, kemudian Atep masuk sebagai supersub.

Untuk mengatasi ketergatungan kepada kuartet bek, Djanur sudah melakukan rotasi sejak dari pertandingan resmi pertama Persib melawan Hanoi TnT. Memang tidak selalu berhasil, tapi bukan tanpa progress juga. Secara individu Jasuk dan Dias yang terlihat berkembang, sedangkan Abdul masih sering maen susuruntul dan mendapat kartu koneng karena hal budag badug teu puguh.

Namun secara statistik hasil akhir, kuartet bek andalan Djanur, Pardi-Vlado-Jupe-Toncip masih sangat superior memberi hasil dibandingkan jika tidak bermain bersama. Dari 15 pertandingan di tiga ajang musim ini, kuartet bek andalan bermain 6 kali dan tidak pernah kalah, dan lebih edan lagi karena hanya kebobolan 3 gol! (lawan new radiant, ayeyawady dan pbfc)

gawat darurat!
gawat darurat!

Inilah kehariwangan terbesar Djanur untuk pertandingan leg pertama semifinal lawan Mitra Kukar. Tanpa Vlado dan Jupe, probabilitas kebobolan persib sangatlah besar. 1.3 kebobolan per pertandingan adalah angka yang sangat besar, penyerang kita setidaknya harus mencetak 2 gol agar bisa menang.

Bertambah kehariwangan yang lain, kebutuhan 2 gol untuk menang dengan menggunakan kuartet bek cadangan harus menghadapi kenyataan kita kehilangan dua orang pencetak gol terbanyak di Piala Presiden. Lebih hariwang lagi, karena 4 kali menjadi starter bagi Atep menghasilkan nirgol, hanya sebiji assist yang bisa dicatatkan oleh Lord Atep. Lord Atep di kompetisi AFC Cup hilang entah kemana.

Mau kehariwangan yang laen? Sayap kanan Persib, andalan yang selalu membalas harapan kita semua, hampir sekarat tanpa Haji Ridwan dan Zulham Zamrun. Tantan bisa dimaenkan di posisi itu, dengan Prince Yandi sebagai penyerang tengah. Sayangnya Prince Yandi belum bisa memberikan hasil lebih dari nilai butut ketika dimainkan disitu, masih saleheung Rudiyana dengan satu assist nya saat lawan Martapura FC.

Djanur mencoba memutar otak dengan mengetes Pardi di kanan dan Dias di belakangnya kemaren lawan pesib junior. Di atas kertas kedua nya punya potensi, sayangnya rekam jejak Djanur dalam mengubah posisi pemain di pertandingan sesungguhnya kurang baik. Semoga saja penempatan posisi Pardi dan Dias lebih baik.

Pertandingan melawan Mitra Kukar adalah ujian terbesar Djanur musim ini. Melawan Jafri Sastra yang belum pernah Djanur kalahkan. Menjadi trauma tersendiri bagi Djanur karena sekali-kalinya mengubah formasi eh kalah taktik dari Jafri Sastra. Gudlak Mang Djajang.

Kehariwangan Non Teknis

Hal lain yang bikin hariwang adalah pikiran Wak Haji yang udah ngomongin venue final, padahal lawan kukar aja belom kita jalanin.

“Saya sudah menyampaikan ke pihak promotor. Kalau bertemu dengan Arema tidak mungkin. Kalau dengan tim lain, rasanya masih mungkin. Saya ingin di tempat netral. Arema pun kalau bermain di Surabaya pasti tidak bersedia,”

Jiga Persib jeung Arema geus lolos wae. Uwak sebaiknya fokus memberi motivasi kepada pemaen, apalagi kebanyakan pemaen di leg pertama nanti adalah para cadangan, bahkan beberapa camat sepertinya bakal maen. Motivasi andalan uwak harus dikeluarkan, seperti barang siapa bisa ngabobol gawang kukar akan dibere duit segede panto, kemudian diumumkan di media akan lebih joss dibanding mengaburkan fokus dengan udah ngomongin venue final.

Mind game lebih joss dimainkan Djanur:

”Arema yang menjadi calon lawan berat Persib, dalam pertemuan terakhir selalu menyajikan pertandingan-pertandingan seru di lapangan. Kalau ketemu Arema di semifinal saya berpendapat itu final terlalu dini,”

Ucapan Djanur ini menyulut emosi pemain-pemain SFC. Membuat mereka makin semangat membuktikan kesalahan omongan Djanur. Ini bagus karena lawan mereka bukan kita. Pun bisa membuat pemaen Arema menjadi sombong karena dipuji pelatih juara Liga Indonesia, walau jigana sih henteu oge. Kenyataannya akan lebih mudah melawan SFC di final, jika dan hanya jika Persib bisa lolos ke final, dibandingkan harus melawan Iwan yang lain.

Semoga segala kehariwangan ini tidak terbukti. Doa dan dukungan kami selalu hadir untuk kalian.

Sampai jumpa lagi.

@bus

Follow kami di twitter @stdsiliwangi

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp

Yang Lainnya