Yesterday Afternoon Kid
(tapi mang.. pengalamanna di lepel asia leuwih loba tibatan PERSIB)
Hari selasa tanggal 10 Februari 2015, PERSIB akan bertanding di Vietnam guna memperebutkan tiket play off LCA. Setelah serangkaian uji coba, kini tim besutan Djanur harus menghadapi ujian sesungguhnya. Tim kuat Hanoi T&T yang akan mengetes taktik (dan keberuntungan) Djanur.
Sepak terjang Hanoi T&T, klub yang bermarkas di Hang Day Stadium ini tentu tidak bisa di pandang sebelah mata. Meskipun baru didirikan pada tahun 2006, namun Hanoi merupakan salah satu kekuatan utama di liga vietnam. Hanoi T&T telah berhasil merengkuh titel juara V.League 1 sebanyak 2 kali, yang pertama pada tahun 2010 dan kedua pada tahun 2013. Sekali Juara Viatnemese Super Cup tahun 2010. Musim 2014 Hanoi berhasil bercokol di posisi 2 klasemen V.League 1. Terpaut 2 poin dari pemuncak klasmen Becamex Bình Duong.
Menghadapi PERSIB, Hanoi memiliki 3 keuntungan. Pertama jelas karena bermain di kandang sendiri. Kedua pengalaman mereka di kompetisi Asia lebih banyak dibanding PERSIB. Lima tahun terakhir sejak menjadi juara Vietnam untuk pertama kalinya, Hanoi hampir selalu bermain di level asia.
Ketiga adalah modal match fitness dan mental kompetisi yang lumayan cukup karena V.League 1 telah bergulir sejak 4 Januari 2015. Sebelum berhadapan dengan PERSIB, Hanoi telah memainkan 7 laga resmi. Dari 7 laga yang dilakoni, Hanoi membuahkan 2 kemenangan, 3 kali seri, dan 2 kali menelan kekalahan. Kini ngetem di posisi 8 klasemen sementara. Kekalahan yang diderita Hanoi ketika tim besutan Phan Thanh Hùng itu dijamu oleh Thanh Hoa dengan skor tipis 2-1. Terakhir adalah beberapa hari lalu, kalah 1-2 di kandang Song Lam Nghe An.
Kiprah Hanoi di ajang AFC cup tahun lalu menelan 3 kekalahan dari 9 pertandingan. Babak penyisishan grup, Hanoi berhasil depecundangi oleh selangor dengan skor 1-3. Menjadi satu-satunya kekalahan Hanoi di babak grup. Pada babak perempat final dikalahkan oleh tim asal iraq, Erbil FC masing masing dengan skor 0-1 dan 2-0. Melawan tim asal Indonesia, Hanoi berhasil mengalahkan Arema kandang tandang, 2-1 & 3-1. Mungkin bisa menang karena Arema gak dapet pinalti. Mungkin.
Di titik ekstrim lain, PERSIB justru memiliki 3 kesialan. Satu, tanpa striker yang bisa diandalkan. Dua, tanpa gelandang veteran yang bisa diandalkan. Tiga, kondisi winger andalan masih belum mencapai match fitness. Opat lah ditambahan, ini pertandingan resmi pertama PERSIB! siaaaalll..
Taktik Sama
Sebelas duabelas dengan PERSIB, mereka pun kerap membangun penyerangan melalui sayap. Hal itu terlihat musim lalu saat lawatan ke Malang melawan Arema. Mereka selalu melancarkan serangan dari tengah dan menuju flank mereka yang memiliki kecepatan dan determinasi. Setiap umpan silang dari sayap siap diselesaikan oleh duet striker jangkung Hanoi.
Djanur pernah bersuara :
“soal permainan tidak jauh beda dengan PERSIB, hanya saja lebih mengandalkan kesempatan”.
Melihat komposisi pemain yang dimiliki Hanoi, ada beberapa nama yang patut mendapat perhatian khusus. Di lini serang ada striker naturalisasi asal Nigeria Hoàng Vũ Samson. Pemain berusia 26 tahun ini memperkuat Hanoi mulai tahun 2012. Sejak musim pertamanya hingga bulan Januari lalu, Hoàng Vũ Samson sudah bermain di 78 pertandingan dan telah menyumbang 59 gol, termasuk 4 gol dari 4 pertandingan musim ini. Tandem dari Samson, Gonzalo Marronkle juga berbahaya. Musim lalu mencetak 13 gol, total sudah mencetak 58 gol untuk Hanoi sejak tahun 2010. Dengan jangkung 191 cm, Gonzalo adalah target man Hanoi.
Biasanya Hanoi memulai dengan formasi klasik 4-4-2 berlian. Duet Gonzalo dan Samson di depan ditopang Van Quyet sebagai gelandang serang dalam puncak berlian, menyutradarai setiap serangan Hanoi. Vlado dan Jupe seharusnya tidak akan kesulitan dalam menghalau bola-bola Crossing lewat udara. Masalah justru datang dari pergerakan Samson-Gonzalo dan Van Quyet. Petaka bakal datang dari pergerakan mereka. Vlado yang cenderung mengambil sekaligus lawannya bisa terlewat dengan mudah.
Ancaman berat juga bakal diterima oleh duet fullback, Pardi dan Toncip. Selain sayap-sayapnya yang memang cepat, besar kemungkinan Pardi dan Toncip akan sering mengalami situasi 2 lawan 1 karena fullback Hanoi juga agresif dalam menyerang. Terutama rusuk kiri PERSIB. Kombinasi bocah 18 tahun bernama Duy Manh, yang tampil moncer musim ini, dengan bek timnas Van Bien bisa jadi sumber musibah PERSIB. Toncip butuh dukungan dari Atep (yang rada pikahariwangeun, sok tara daek lumpat mundur) atau dari Dado yang lebih realistis untuk membantu.
Namun bisa juga Phan Thanh Hùng memainkan 4-2-3-1 dengan memilih satu diantara Gonzalo atau Samson, kemudian memasang Van Quyet dibelakangnya. Formasi ini lebih berbahaya.
Double pivot 4-2-3-1 Hanoi bakal diisi duet Cao Sy Cuong danHector Hughtun. Musim lalu Hector bermain 21 kali untuk Hanoi mencetak 4 gol dan mendapat 4 kartu kuning. Gelandang yang berotot dengan spesialisasi umpan terobosan jarak jauh ala Firman Utina. Hector dan Sy Coung bakalan sulit ditembus, pun bisa membawa masalah sendiri untuk PERSIB jika sampai Konate berhasil kacekel ku maranehna 🙁
Konate versus Van Quyet
Secara taktik ini adalah duel antara dua tim yang mengandalkan pemain nomer 10. Hanoi mengandalkan Van Quyet sebagai pengatur serangan. Soal peran, Van Quyet terkadang berada di belakang striker dan juga terkadang bermain lebih ke dalam sebagai gelandang. Minggu lalu, Van Quyet baru saja memainkan partai ke 100 nya untuk Hano T&T, selama itu dia berhasil mencetak 50 gol. Fantastis!
Akan menjadi tantangan terbesar bagi Mas Har selama kariernya untuk bisa menghentikan Van Quyet. Di atas kertas, sebenarnya Van Quyet tidak akan bisa dihentikan seorang diri oleh Mas Har. Quyet terlalu cerdas, berteknik dan cepat untuk bisa diatasi sendirian. Butuh kerjasama dan kombinasi dari Dado-Hariono atau Jupe-Hariono untuk bisa menghentikan Van Quyet. Mengunci Van Quyet adalah hal terpenting yang mesti PERSIB lakukan.
Meski mematikan Van Quyet adalah hal wajib, kunci kemenangan PERSIB ada pada Makan Konate. Seperti Van Quyet, Konate adalah playmaker bernomor 10. Posisinya favorit keduanya hampir sama, sebagai gelandang serang di belakang striker. Pembedanya adalah, Van Nguyet memiliki atribut lebih sebagai penyerang, sedangkan Konate sebagai gelandang. Meski begitu, 13 gol yang dibikin Konate musim lalu adalah yang paling banyak dibanding pemain PERSIB lainnya. Bahkan melebih sang mantan yang “hanya” mencetak 11 gol. Konate telah membuktikan diri bisa diandalkan untuk mencetak gol.
Jika Hanoi memakai dobel pivot maka Konate jelas akan kesulitan dalam menyusun serangan. Pemain Mali yang sedang LDR ini akan banyak turun mengambil bola di kedalaman sebelum mendistribusikan ulang ke kedua sayap PERSIB.
Lain halnya jika Hanoi hanya menggunakan Sy Cuong sebagai jangkar. Konate memiliki beberapa kelebihan untuk dapat meloloskan diri dari jeratan gelandang veteran Hanoi tersebut. Pun dengan hanya memasang satu gelandang akan membuat Dado punya kans lebih besar untuk tampil sebagai penentu. Menjadi deep lying playmaker bagi PERSIB, umpan jauh ke depan untuk dikejar Tantan bakal jadi senjata, kemungkinan sih PERSIB bakal jarang menyerang.
Kondisi Haji Ridwan yang belum maksimal akan menjadi handicap bagi PERSIB. Tanpa striker utama, Tantan yang biasa menjadi pelapis Haji Ridwan akan diposisikan di ujung tombak. Tantan sebagai tukang seserengteng dari PERSIB minimal bisa menambah pusing pemain Hanoi karena speednya. Walau mudah diprediksi, kondisi aya keur lumpat eweuh keur najong akan terjadi berulang kali.
Well, akhirul kata, hasil akhir pertandingan ini akan ditentukan oleh Nguyen Van Quyet atau Makan Konate. Mari berdoa nama terakhir bakal lebih bersinar.
#tcn10 #PERSIB #ACL2015 #MakanKonate
follow kami di twitter @stdsiliwangi
@xuk @dit @omz @bus
photo: @nurong