Persib Bandung berhasil mengamankan 3 poin pertama usai mengandaskan tim asal jawa timur persela lazio lamongan dengan skor 2-3, melalui gol yang diciptakan oleh Yandi Sofyan, dan brace Makan Konate.
Zola dan Bow
Sesuai dengan regulasi yang ditetapkan panitia bahwa setiap tim harus menurunkan 2 pemain under 21 dalam daftar susunan pemain, Persib menurunkan dua punggawa maung ngora: Febri Bow dan Gian Zola. Meski dengan dua pemaen bocah, skema yang Djanur jalankan tetap pola kojo 4-3-2-1 dengan poros ganda dan seorang pemaen memegang role no 10 di gelandang serang.
Bow yang kidal diamanahi untuk beroperasi di sayap kanan, sementara Zola ditempatkan Djanur di poros tengah sebagai seorang perancang serangan menggatikan peran Konate yang sementara duduk di bangku cadangan. Menjalani debut bersama tim senior keduanya menunjukan permainan yang lumayan oke.
Febri Bow bermain lebih joss dibandingkan kompatriotnya di persib junior. Beberapa kali ia berhasil menebar ancaman melalui tendangan jarak jauh ataupun melalui umpan silang. Bermain selama 30 menit Febri berhasil melepaskan 1 kali tendangan ke gawang dan 14 kali operan, tingkat akurasi operannya pun terbilang baik mencapai 70 %. Tak hanya itu kemampuannya mengolah si kulit bundar juga patut diacungi jempol, sering kali ia berhasil melepaskan diri dari kawalan pemain Persela. Tak jarang ia harus dijatuhkan lawan untuk menghentikan pergerakannya, salah satunya pada menit ke 26, pemain tengah Persela, Dzikri menjatuhkan Febri dengan tekelnya dari belakang sehingga diberi kartu kuning wasit karena melanggar keras pemain berusia 17 tahun tersebut.
Salah satu minus Bow adalah kombinasi pergerakan dan penempatan posisinya dengan Bang Pardi yang masih belom sinkron. Sebagai seorang kidal di sayap kanan, Bow lebih sering menempatkan posisi dan menggiring bola ke di tepi garis sampai ke ujung. Pergerakan seperti ini lebih mudah diantisipasi oleh Adelmund, kaki panjang Adelmund bikin Bow kesulitan menggiring bola melewatinya. Adelmund jelas menggunakan kelebihan fisiknya dengan cerdik disini. Pun kalau Bow mengumpan dengan kaki kanan, bola hanya sampai ke tiang dekat dengan lemah.
Jalur operan Bow juga jadi terbatas. Full back persela dengan pinter menempatkan diri diantara Bow dan Pardi, menyerahkan pressing kepada Adelmund. Dikurung sampe tiga orang, bikin Bow tidak bisa mengoper. Pergerakan standar Bang Pardi adalah membuka ruang di sisi kanan, memanfaatkan pergerakan Haji Ridwan atau King Zamrun yang potong kompas ke tengah. Karena Bow tidak bergerak ke tengah, ya Bang Pardi cicing aja melakukan back up sambil berdoa di belakang Bow sejajar di garis tepi lapangan.
Di sisi lain Zola juga kurang bisa memberi bantuan dengan bergerak ke ruang yang ditinggalkan oleh Adelmund. Prince Yandi papuket dengan bek tengah persela satunya di kotak penalti, penuh keyakinan kalo Bow bisa ngumpan dan dia bisa menyelesaikannya. Meh!
Gian Zola sudah oke dalam bergerak menyusun serangan. Mau turun jauh ke bawah menjemput bola dari bek. Di satu momen, ketika Dado dijagaan dan Mas Har terlalu jauh di kanan, Zola turun melakukan kombinasi operan dengan Jupe.
Pergerakan Zola sebenarnya sering keganggu sama Lord Atep yang doyan ke tengah. Kadang suka ketemuan di tempat yang sama, seperti janjian transaksi fjb kaskus. Padahal kombinasi Zola-Mas Har-Dado udah joss itu. Ketika Atep ke tengah, sering Zola memilih turun ke bawah ngariung bersama Mas Har dan Dado, bukannya bergerak ke arah Bow yang butuh bantuan.
Nilai paling positif adalah 1 assist dan 1 gol (okey lah setengah gol, setengah ewang dengan Yandi. Bow: setengah, Yandi: ewang) dari duet pemaen debutan, saat posisi tertinggal. Luar biasa kalian Jang! Masih banyak bakat yang perlu dikembangkan dari Gian Zola dan Febri Bow.
30 Menit yang Penuh Prospek
Bermain tanpa playmaker andalan, tanpa streker andalan, tanpa komandan lini bek kemudian kabobolan, sungguh luar biasa pemaen-pemaen Persib bisa menyamakan kedudukan dengan cepat. Jujur gol penyeimbang itu beyond expectation.
Di saat-saat ketika harapan mulai hilang, duet Abdul dan Jupe maen jiga nu teu saling kenal, Febri Bow dikurung terus, Yandi eleh duel wae, dan Lord Atep maen sakumaha aing, muncul seorang Dado yang maen joss pisan sebagai deep lying playmaker. Mas Har memastikan lini tengah takkan terlewati tanpa pertarungan sengit, Dado memastikan aliran bola ke depan lancar jaya.
Penuh ketenangan, baik ketika memegang bola ataupun tanpa bola, dalam menahan serbuan lawan dan dalam menyerbu lawan. Dado membuat lini tengah kokoh. Umpan terobosan Dado juga berkualitas seperti biasanya. Beberapa kali Dias dan Bow bisa menusuk ke jantung pertahanan persela berkat umpan ciamik Dado. Performa stabil putra Jatinangor terbayar dengan satu umpan silang berbuah gol yang memberi kemenangan bagi Persib.
Tak kalah apik dari dado adalah penampilan Dias Angga yang kembali dipercaya mengisi posisi bek kiri luar. Mandat dari Djanur ia bayar dengan permainan yang mengesankan. Bermain full time Dias konsisten nagen saat diserang dan bahaya saat membantu penyerangan. Wanieun!
Saat bertahan kemampuan intersep dan tekel Dias joss. Zainal saha eta nu ngagolkeun? Manehna sempet ngajongkeng karena tekel bersih Dias pas persela melakukan serangan balik. Pergerakan Lord Atep yang potong kompas terus ke tengah membuka jalur bagi Dias di sisi kiri lapangan. Dua kali Dias berhasil lari di belakang pertahanan persela menyambut operan asoy Dado.
Kebobolan karena kesalahan bek, tanpa ada Don Konate dan Bang Utina nyatanya Persib bisa menyamakan kedudukan. Masa depan Persib teu hariwang teuing. Sedikit demi sedikit, sima Dado di lini tengah semakin besar. Ketenangan Dado dalam menghadapi masalah sudah sangat oke. Dias Angga memberi bukti bisa bermain sama baiknya dalam menyerang dan bertahan di kiri atau di kanan. Febri Bow dan Gian Zola berperan langsung dalam gol penyeimbang. Kurang naon coba? Hiji bek tengah jang genti Abdul, hiji streker jang genti Prince Yandi. Persib mah moal beakeun.
Djanur Putar Otak
Cukup setengah jam jatah permaenan masa depan Persib dipertontonkan. Semaceam teaser mun pilem-pilem mah. Djanur mengganti dua bocah dengan dua pemaen inti. Daaaannn… 50 menit kemudian Persib yang bikin nundutan maen.
Masalah utama Persib di barisan pertahanan, khususon bek tengah, kentara terlihat. Asa teu kudu eta Abdul nengkas pemaen Persela. Karena Jupe juga ada disitu, lewat ku Abdul kuduna beunang ku Jupe. Barisan pertahanan Persib maen tanpa komando. Kehilangan Vlado ternyata berakibat lebih buruk daripada yang diprediksi. Muka Bli Made saat dua kali kabobolan sungguh nelangsa. Antara ambek jeung bingung ku kalakuan duet bek tengahna.
Masalah demi masalah timbul seiring berjalannya waktu pertandingan. Setelah kembali tertinggal karena pertahanan bola mati yang butut, satu-satunya striker yang cageur yang dibawa ke Sidoarjo cedera. Maka maenlah Persib tanpa striker. Djanur dituntut untuk berpikir ekstra keras dalam waktu singkat.
Sebelum water break babak kedua, Persib maen tanpa arah. Taktik bringka yang kurang sinkron. Bisa jadi karena beberapa pemaen bermain di posisi yang tidak biasa. Konate di sayap kanan, Bang Utina di geladang serang. Kombinasi dua pemaen itu dengan Mas Har dan Dado agak sedikit kurang lancar. Setelah Yandi cedera, Bang Utina menjadi false nine, Mas Opik mendampingi Mas Har di tengah, Dado ke sayap kanan, Konate ke posisi no 10. Chaos. Dengan masih ada nya Atep di lapangan, pola yang digunakan tetap kekeuh dengan 4-2-3-1. Pola itu menjadi jangkar pergerakan pemaen.
Saat waterbreak Djanur memutar otak dan jadilah 10 menit permainan paling joss dari persib malam itu. Pola sedikit digeser menjadi 4-3-2-1, christmas tree ala Ancelotti saat AC Milan juara liga champions. Toncip yang awal masuk maen di sayap kiri bermain lebih dalam menyelaraskan pergerakan dengan Mas Har dan Mas Opik jadi trio gelandang. Bang Utina kembali ke habitatnya sebagai gelandang serang, berduet dengan Dado di belakang Don Konate. Opsi lebar lapangan disediakan oleh Dias dan Bang Pardi.
Perubahan pola ini super jenius! Tanpa pemaen sayap jago, Djanur nyerah memakai 4-2-3-1. Efektifitas pemaen lebih mantap karena sebenernya stok gelandang tengah Persib melimpah ruah. Mereka tidak maksimal kalau disimpan di sayap, tapi maen cakep saat di poros tengah.
Dado dan Utina nyaman di belakang Konate, keduanya bergantian memberi assist untuk 2 gol yang membalikan keadaan. Konate sebagai top skor persib di liga musim lalu sangat cocok menjadi juru gedor. Ketenangan dan penyelesaian akhir Don Konate lebih baik daripada Prince Yandi, Tantan, bahkan Spasogol. Well, terbantu dengan persela yang makin berjalannya waktu makin butut juga sih. Sedangkan Persib memasuki menit 85 adalah waktu-waktu ketajaman penyerang memberi bukti.
Otak Djanur dan mentalitas pemaen yang juara. Cocoks!
Kata Djanur setelah pertandingan:
🙂
sampai jumpa lagi.
follow kami di twitter @stdsiliwangi