Awal pekan ini kita dibikin genjleung oleh Iwan Setiawan yang mencoba bermain psy war sebelum pertandingan babak 8 besar leg pertama pbfc lawan Persib. Dengan gagabah Iwan bilang:
Sungguh gagabah dan tanpa dasar. Strategi psy war ini menunjukkan dimana kelas Iwan. Komentar tanpa respect, sarkas, asal bunyi tak berdasar, dan murni hanya untuk memancing keriuhan. Model begini adalah kesukaannya media. Kentara meniru Jose Mourinho. Salahnya adalah, Jose sudah terbukti berprestasi sedang Iwan mengalahkan Persib saja belum pernah. Untuk seorang pelatih tanpa prestasi, omong besar merendahkan lawan hanyalah menegaskan kelas rendah dirinya.
Tanggapan Djanur terhadap Iwan sangatlah cerdas, kata Djanur:
Saat menjadi juara musim lalu, salah satu komentar Djanur adalah dia sudah tak peduli orang berkata apa, dirinya sudah membuktikan ucapannya untuk membawa Persib juara. Mengambil topik soal strategi dan kemampuan taktik Djanur sudah tidak relevan lagi, Djanur tidak peduli karena buktinya dia sudah bisa bawa Persib juara dengan taktik yang katanya tidak jelas. Melawan psy war Iwan Djanur memilih untuk menunjukkan bagaimana tim juara mempersiapkan pertandingan: fokus berlatih dan mengurangi omongan tidak perlu.
Tanggapan bagus juga diberikan oleh Bang Utina yang bilang kalau kekompakan Persib lebih bagus dibandingkan pbfc. Well, secara tidak langsung Firman mengisyaratkan bahwa mengumpulkan pemain bintang saja tidak cukup, butuh kohesi yang kuat diantara pemain untuk bisa memberikan hasil. Hal yang belum dilakukan oleh PBFC, walau mereka sudah mengumpulkan Boaz, Ponaryo, Hamka, dan M Roby.
Lebih seru adalah tanggapan dari Wak Haji. Dengan tegas Wak Haji memilih untuk mengambil topik perwasitan. Kata Wak Haji:
“Kalau ada masalah soal wasit saya akan teriak, saya akan bicara keras,”
Bukan pertama kalinya Wak Haji melakukan pressing tinggi soal wasit. Di babak semifinal ISL 2014 melawan Arema, Wak Haji juga mulai berbicara di media soal wasit. Saat itu tanpa basa-basi Uwak menyebut laga Semen Padang melawan Arema sebagai contoh busuk perwasitan. Pressing bagus dari Uwak untuk PSSI.
Beginilah psy war yang berkelas, tidak secara langsung merendahkan lawan, tapi memberi pesan yang cukup mendalam bahwa jika nanti pada akhirnya pbfc menang, kinerja wasit akan diperhatikan juga. Plus sebuah tantangan untuk Iwan, “bisa meunang usaha sorangan atau kudu dibantuan ku wasit lur?”
Medsos Persib
Bicara soal media, akun twitter @persib akhir-akhir ini menyebalkan karena lebih sering iklan dibandingkan memberikan informasi yang dibutuhkan. Sesaat setelah pengumuman undian babak 8 besar Piala Presiden, informasi yang bobotoh dapat perihal siapa lawan yang akan dihadapi didapat dari akun lain, karena @persib memilih untuk mengiklankan produk sponsor!
Persib vs PBFC #PialaPresiden2015
— SIMAMAUNG (@simamaung) September 11, 2015
Yang satunya juaranya makanan, satunya lagi juara sepakbola. @lndofood sama #PERSIB kurang cocok gimana coba? 😀 (cont..)
— PERSIB (@persib) September 11, 2015
Oke, memang situasi nya agak pelik. Sponsor jelas sudah mengeluarkan duit untuk Persib, dan perlu kita syukuri karena tidak pergi disaat kompetisi tidak ada, disitulah permasalahannya. Tanpa adanya kompetisi, maka dimana sponsor bisa beriklan? Padahal mereka telah kasih duit buat Persib. Akhirnya @persib menjadi semacem papan iklan stadion, haben weh promo produk sponsor sedangkan info-info perihal Persib dan interaksi dengan bobotoh di-engke-deui-keun! Menyenangkan hati sponsor lebih prioritas.
Sebagai benchmark, saya ingin membandingkan Persib dengan Arsenal. Kenapa Arsenal? Pertama karena @arsenal adalah akun dengan follower terbanyak di Liga Inggris sama seperti @persib di Liga Indonesia. Selain itu karena saya memilih Arsenal sebagai klub favorit nomer dua setelah Persib, jadi saya tahu bagaimana perkembangan aktivitas Arsenal di dunia maya sejak dulu.


Timeline @persib lebih sering berisi iklan sponsor dan judul dari berita yang dimuat di persib.co.id, hanya judul hungkul tanpa ada kata-kata menarik minat agar orang datang ke situs klub. Jarang sekali ada interaksi antara pemain dan klub, apalagi antara bobotoh dan klub.
@persib lebih banyak mem-follow akun sponsor daripada akun pemain sendiri dan bobotoh, jadi yah kebayang TL nya @persib kalo buka twitter kurang informatif dan isinya dagangan kabeh.
Akun @arsenal sangatlah interaktif. Tugas utama nya jelas sebagai corong informasi resmi dari klub, kalau belum dicuitkan oleh @arsenal berarti belum resmi. Selain itu @arsenal juga rajin berinteraksi dengan fans, bukan hanya membuat kuis secara langsung, tapi mengadakan tanya jawab antara pemain dan fans. Hal ini membuat rasa kepemilikan fans terhadap klub semakin tinggi.
Pada dasarnya, semakin tinggi rasa kepemilikan fans terhadap klub akan menyenangkan sponsor, lebih mudah menjual dagangan kepada pasar yang model begini. @arsenal melakukannya dengan berkelas, interaktif, tidak secara langsung memposisikan fans sebagai pasar bagi produk sponsornya.
Well, jika dirasa perbandingannya terlalu jauh, itulah kenyataannya, Persib masih jauh dari standar klub profesional dalam hal mengurusi akun media sosial resmi. Apalagi akun @persib belum diverifikasi oleh twitter, padahal akun tetangga yang tidak boga duit dan belom bayar gaji aja bisa mendapat verifikasi dari twitter. Huft.
Tanggal 14 September 2015, situs footballchannel.asia membuat feature tentang kesebelasan paling populer di asia tenggara. Parameternya dari banyaknya like di official facebook page. Sudah pasti, Persib menjadi juara dengan total 6 juta like di facebook. Mengalahkan Muangthong dengan jauh di posisi kedua yang hanya dapet 1,41 juta like. Urutan 5 besar lainnya: Sriwijaya (1,33 juta like), Johor DT (1,02 juta) dan Chonburi (851 ribu).
Bayangkan bagaimana jadinya kalau akun media sosial Persib dikelola dengan profesional dan berkelas, tidak sekadar dagang barang sponsor a la tukang dagang di gasibu poe minggu!
PR buat bagian media sosial Persib. Sejuta empat ratus sembilan puluh ribu lebih follower itu bukan pasar semata loh, kami ini bobotoh!
Sampai jumpa lagi lain kali.
follow kami di twitter @stdsiliwangi