Total ada 40 wasit yang memimpin 300-an laga di Turnamen Kopi 2016 kamari. Dari 40 wasit tersebut, 22 wasit berbeda pernah memimpin pertandingan Persib. Abdul Rahman Salasa menjadi yang paling banyak jadi wasit pertandingan Persib sebanyak 4 kali. Dari 4 pertandingan dipimpin Abdul Rahman, Persib kalah 2 kali dan menang 2 kali. Yang unik, 2 pertandingan Persib lawan Perseru, baik eta di Serui atau di Bandung dipimipin oleh Abdul Rahman.
Wasit ieu pernah diprotes ku Djanur lantaran menganulir gul Sergio van Botak pas di Serui sana. Jarang-jarang atuh Djanur ikut komen soal wasit mah. Selain ku Djanur, Susu Milo juga pernah protes terkait kepemimpinan Abdul Rahman saat Arewa lawan PBFC.
Di bawah posisi Abdul Rahman, Djumadi Effendi menjadi wasit kedua terbanyak yang memimpin pertandingan Persib dengan 3 kali. Saat Djumadi jadi wasit, Persib can pernah eleh. Padahal Djumadi ieu termasuk wasit kontroversial untuk Persib. Eh, tapi hampir kabeh wasit Indonesia mah pernah kontroversial ketang. Hahaha. 2 hasil imbang dan 1 kemenangan adalah catatan Persib jika dipimpin oleh wasit asal Ngalam ieu.
Selain Djumadi, wasit tidak bersahabat lain nu pernah mimpin Persib adalah Nusur Fadhillah serta Iwan Sukoco ceesnya Iwan Setiawan. Iwan Sukoco ini wasit yang mimpin pertandingan Piala Presiden lawan PBFC pas leg pertama di Borneo. Bersama Iwan Setiawan, Iwan Sukoco basa eta adalah duo Iwan yang ngajieun Bobotoh panas ceuli dan panas hate. Untung Iwan nu hiji deui, panggil saja dia Sam IB teu miluan. Coba mun miluan, bisa ngajieun boy band tah dengan ngaran 3 Iwan Bersatu tidak bisa dikalahkan, 2 pertandingan ISC dipimpin Sukoco, Persib memenangkan 1 pertandingan serta 1 kali kekalahan.
Nusur Fadhillah juga jadi daftar hitam bagi Persib mah. Keputusan-keputusan di Piala Bhayangkara pas di final loba nu ngarugikeun Persib, sabaraha kali Encos Belencosso dijailan ku pemaen Arewa teu dianggap pelanggaran. Watir pemaen ieu, ku wasit wae teu dianggap komo ku kabogohna. Xo Xad. Tapi di Turnamen Kopi ini Nusur termasuk mujur untuk Persib, 1 kemenangan dan 1 imbang di kandang batur diraih Persib saat Nusur ngawasitan.
Wasit Big Five
Tiga peringkat teratas klasemen, Persipura, Madura Yunaitid dan Arewa mendapat jatah wasit yang betugas lebih sedikit daripada Persib. Sang juara Persipura malah lebih sedikit lagi, hanya 20 wasit dari 34 pertandingan (1,70 pertandingan/wasit). Masing-masing tim teu tulus juara dipimpin oleh 21 wasit (1,62 pertandingan/wasit). Apakah semakin sedikit jumlah wasit memimpin pertandingan bagi suatu tim mempengaruhi peringkat? Kenyataannya tidak seperti itu. Kita liat PS Tentara yang jadi juru kunci juga dipimpin oleh 20 wasit.
Jika bagi Persib, wasit favorit adalah Abdul Rahman (2 kemenangan = 6 poin dan merupakan poin terbanyak bagi Persib oleh satu wasit) maka bagi mutiara hitam, wasit yang paling banyak memberikan poin adalah Iwan Sukoco. 3 kali ngawasitan Kakak Boci dan kawan-kawan, 3 kemenangan diraih Persipura. Perfect 100% kemenangan dari Om Sukoco. Arewa yang loba channel dengan AWI (Agen Wasit Indonesia) punya nama Abdul Rahman dan Yudi Nurcahya sebagai nama “favorit”. Arewa bisa mengumpulkan total 14 poin ketika diwasitan oleh keduanya.
Statistik Wawasitan
Untuk prestasi pribadi dengan paling loba ngawasitan pertandingan di Turnamen Kopi ini, Thoriq Alkatiri bisa membanggakan dirinya. Total 17 kali dirinya memimpin pertandingan. Lamun sapertandingan dibayar 5 juta, berarti ti 17 pertandingan eta bisa kukumpul 85 juta. (Mereun eta ge 5 juta. Hahaha. Teu apal tarif kami mah). Belum lagi lamun aya titipan-titipan tea, bisa lah keur KPR mah.
Tapi, dari 17 pertandingan eta, Thoriq can pernah mimpin pertandingan Persib. Paling loba, Thoriq ngawasitan Bhayangkara Yunaitid dan Persegres, yaitu masing-masing sebanyak 4 pertandingan. Dari 4 kali dipimpin oleh Thoriq, Bhayangkara menang 2 kali dan kalah 2 kali. Sedangkan Persegres cuma bisa menang sakali, imbang sakali dan eleh 2 kali.
Peringkat 2 paling sering ngawasitan adalah Djumadi Effendi yang punya jalan Cimindi. 16 kali Djumadi memimpin pertandingan di Turnamen Kopi ini. Aya oge loh wasit yang cuma sakali doang ngawasitan, nyaeta Jerry Elly jeung Marjoko. Jerry ngan ngawasitan Barito lawan Bali, sementara Marjoko ngan ngawasitan PBFC lawan Persegres yang berkesudahan 5-0 buat Borneo. Keduanya jigana termasuk salah 2 dari 9 wasit dipecat oleh PT. GTS. Jerry Elly ieu emang kontrovesial pisan. Basa perempat final Piala Presiden, Bonek FC lebih milih eleh W.O ti SFC lantaran keputusan Jerry yang memberi pinalti ke kubu SFC serta beberapa keputusan blunder lainnya.
Untuk wasit yang paling royal dalam urusan kartu, Muhammad Adung juaranya. Dari 11 pertandingan yang ia pimpin, 78 kartu kuning dan 3 kartu merah dikeluarkan Adung. Semen Padang jadi tim yang pemaennya paling loba dibere kartu kuning oleh Adung, sebanyak 8 kali. Mun dirata-rata, setiap pertandingan Adung bisa mengeluarkan 7,09 kartu kuning.
Bandingkan dengan Thoriq misalnya yang terloba mimpin pertandingan. Dari 17 pertandingan, Thoriq mengeluarkan 71 kartu kuning atau 4,18 kartu kuning di setiap pertandingan keluar dari saku Thoriq. 9 kartu kuning yang didapat para pemain SFC dari Thoriq adalah yang terloba.
Lain halnya dalam urusan penalti. Djumadi Effendi, Iwan Sukoco dan Abdul Rahman Salasa jadi wasit yang paling loba memberi penalti. Ketiga wasit eta masing-masing udah menunjuk 4 kali titik putih sebagey pertanda hukuman penalti. Cukup wajar sih ngan 4 kali mah. Tidak terlalu ada angka signifikan tinggi dalam hal pepenaltian mah. Lamun perkara tutunjuk mah lebih baik para wasit ini berguru pada Diogobs.
Tetep sih aya wae nu janggal mah. 4 penalti yang dibere Djumadi Effendi, 3 diantaranya buat tuan rumah, cuma 1 yang buat tim tamu. Iwan Sukoco leuwih antik deui, 4 penalti dari Sukoco kabeh dibere buat tuan rumah. Abdul Rahman mah rada adil, 2 buat tuan rumah dan 2 lagi buat tim tamu. Lagi-lagi muncul pertanyaan, apakah semakin loba penalti buat tuan rumah menunjukkan semakin tebal saku wasit dan semakin loba oge saldo rekening si wasit? Wallahu Alam.
Dengan semakin canggihnya teknologi-teknologi yang dirancang untuk mempermudah kinerja wasit, emang kuduna gawe wasit bisa jadi lebih baik. Tidak ada lagi keputusan yang memberatkan salah satu pihak. Hanjakal teknologi itu (goal line technology, wasit tambahan di dekat gawang, tombol di bawah bendera hakim garis yang menghubungkan dengan wasit utama, tayangan replay untuk wasit) masih can aya di Endonesia. Di Endonesia mah make spray oge geus uyuhan meur. Tapi, emangna apakah dengan dibantuan make nu karitu patut membuat kinerja wasit di Endonesia bakalan lebih baik? Atau percuma malah ngahambur-hambur duit? Sebuah pertanyaan yang jawabannya sarua lieur jiga menentukan apakah bumi itu bulat atau bumi itu datar.
Seperti kata Pram, Manusia harus sudah adil sejak di dalam pikiran dan terutama dalam perbuatan. Pun begitu, wasit seharusnya berlaku adil karena ia disebut sang pengadil lapangan. Tapi, kembali pada kodrat si wasit yang juga seorang manusia bahwa manusia tidak akan pernah bisa adil 100%, bagaimanapun caranya.
Adapun jika memang kaciri pisan wasit mihak salah satu pihak, eta mah lain pemakluman atas sifat ketidakadilan manusia. Eta karena uang titipan lebih badag. Hahaha.
– bersambung…
salam, (@fah /@bus)
p.s. artikel ini adalah bagian dari bab revieu di buku LPM TSC 2016 edisi cetak yang akan segera launching, bulan depan insya alloh kalo tidak gerimis.